Backpacker Gunung Papandayan 2662 Mdpl

BACKPACKER MT. PAPANDAYAN


Haloooo, kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya dengan teman-teman ketika melakukan backpacker ke salah satu Gunung yang terkenal di Garut, yaaaps.. Gunung Papandayan. Seperti yang saya pernah jelaskan sebelumnya di cerita Backpacking ke Pulau Tunda, bahwa backpacker adalah cara liburan dengan menggunakan duit seminim mungkin. Baiklah saya akan menjelaskan dahulu mengenai Gunung Papandayan yang saya dapat dari http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Papandayan
Gunung Papandayan adalah gunung api strato yang terletak di Kabupaten Garut,Jawa Barat tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gunung dengan ketinggian 2662 mdpl ini terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung. Pada Gunung Papandayan, terdapat beberapa kawah yang terkenal, di antaranya Kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk dan kawah-kawah tersebut mengeluarkan uap dari sisi dalamnya. Topografi di dalam kawasan curam, berbukit dan bergunung serta terdapat tebing yang terjal. Menurut kalisifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk type iklim B, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/thn, kelembaban udara 70 – 80 % dan temperatur 10 º C. Potensi flora di dalam kawasan gunung ini diantaranya Pohon Suagi (Vaccinium valium), Edelweis (Anaphalis javanica), Puspa (Schima walichii), Saninten (Castanea argentea), Pasang (Quercus platycorpa), Kihujan (Engelhardia spicata), Jamuju (Podocarpus imbricatus ), dan Manglid (Magnolia sp ). Sedangkan potensi fauna kawasan diantaranya Babi Hutan ( Sus vitatus ), Trenggiling (Manis javanicus), Kijang(Muntiacus muntjak), Lutung (Trachypitecus auratus ) serta beberapa jenis burung antara lain Walik (Treron griccipilla ), dan Kutilang ( Pycononotus aurigaste ). Gunung Papandayan mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukithutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. (Sumber :).
Gunung Papandayan sekarang ini sudah menjadi objek wisata alam yang sudah tidak asing dikunjungi orang-orang karena treknya yang cocok untuk pendaki pemula. Selain itu, di Gunung Papandayan sendiri terdapat cukup banyak destinasi yang bagus seperti pemandangan kawah dengan asap-asapnya, jurang-jurang dengan tebingnya, tegal alun (padang edelweiss), hutan mati, hamparan tanah putih, sunrise dan bintang-bintangnya langit Papandayan yang tak jarang milky way tak jarang terlihat dengan mata telanjang.
Baiklah, langsung saja pada berbagi pengalaman saya dan teman-teman ketika backpacker ke Gunung Papandayan ini. Awalnya, saya memang sudah merencanakan ini jauh dari hari sebelumnya bersama teman-teman saya, namun karena teman-teman saya pulang kampung berhubung kebetulan waktu itu pertengahan Mei sedang ada serbuan tanggal merah jadi saya memutuskan pergi dengan teman-teman yang lain yang tidak pulang ke kampung halamannya. Finally, delapan para bolang siap berangkat meluncur ke Gunung Papandayan dengan perencanaan H-1 sebelum berangkat.



Saya dan teman-teman berangkat dari Jatinangor, sehingga kami cukup menggunakan satu angkot, satu mobil elf, dan satu mobil dolak untuk sampai ke tempat tujuan. Dari arah Jatinangor, pertama kita menggunakan angkot jurusan Gede Bage – Sayang – Majalaya, dan berhenti di dangdeur (Rancaekek), orang Jatinangor baik itu penduduk asli atau penduduk yang numpang tinggal di Jatinangor pasti sudah tau ongkos naik angkot tersebut. Selanjutnya,untuk para backpacker disarankan menggunakan elf jika berpergian, selain harganya yang murah (jika kita pintar tawar menawar), kecepatan menggunakan mobil elf ini pun sekian kali lipat lebih ngebut dibandingkan dengan mengendarai bus. Jika menggunakan elf kita bisa menggunakan jurusan Bandung – Cikajang dan berhenti di Kecamatan Cisurupan atau bisa menggunakan jurusan Bandung – Garut (berhenti di terminal Garut, dan harus naik mobil elf lagi) untuk sampai di kecamatan Cisurupan. Harga ongkos dari Dangdeur (Rancaekek) – Terminal Garut merogoh kocek sekitar RP. 5000 keatas, dan jika kita langsung menggunakan jurusan elf yang kearah Garut Selatan sekitar minimal RP.15.000 untuk sampai ke Kecamatan Cisurupan (harga berubah-ubah, tergantung jeniusnya kita menawar). Sama halnya berangkat dari kota lain, menggunakan elf dengan jurusan ini bisa dilakukan utnuk sampai ke Kecamatan Cisurupan. Apabila, dari Dangdeur ingin menggunakan bus ber-AC hanya sampai ke Terminal Garut dengan membayar RP. 10.000. Hematnya lagi, alangkah lebih baiknya jika menggunakan kendaraan bermotor.
 Tentunya naik kendaraan elf tidak semulus naik bus atau damri, kita harus memilih elf yang tidak penuh (kalo kepepet, paksakan) dan yang terutama kita harus bersiap-siap berdebat ongkos dengan para kondektur elf. Jangan terburu-buru memutuskan jika ingin mendapatkan elf yang sesuai target badjet. Namun, kita juga harus bisa melihat situasi dan kondisi dalam berkendaraan umum (macet,cuaca,musim). Satu hal yang pasti ketika naik elf, kalian harus siap-siap diajak ngebut dan berdesak-desakan.
Setelah kami berdesak-desakan dan diajak ngebut oleh si bapak supir, akhirnya kami sampai di pertigaan Kecamatan Cisurupan, patokan pertigaan itu adalah alun-alun Cisurupan ada lapangan sepak bola dan dekat dengan pasar Cisurupan. Setelah itu, jika kalian datang bergerombol dengan menggunakan hiking style tentunya kalian akan langsung diserbu calo. Calo tersebut akan menawarkan kalian untuk menaiki dolak. Menurut kabar yang beredar harga satu dolak adalah sekitar RP. 250.000 ke atas. Namun, karena saat itu sedang musim mendaki kebijakan tersebut tidak berlaku, sebanyak apapun orang yang ada dalam dolak ia akan dikenakan biaya sebesar RP. 20.000. Satu dolak, bisa menampung sekitar 20-an lebih orang, sehingga nilai plusnya kita bisa berkenalan dengan pendaki-pendaki lainnya. Dari pertigaan Cisurupan menempuh jarak yang lumayan jauh untuk sampai ke gerbang masuk Gunung Papandayan.
Berhubung Gunung Papandayan sudah menjadi tempat wisata, tiket masuk ke wisata tersebut adalah RP.5000/orang. Setelah itu jauh dari gerbang kita harus melapor dan membayar lagi RP 2000/orang untuk uang keamanan dan kebersihan. Dan dari sana, tidak ada lagi yang namanya pembayaran atau keluar-keluarin duit lagi jika tentunya tidak mau jajan, beli souvenir, atau pergi ke toilet:(
Setelah melakukan solat, kami pun bergegas menuju Puncak Gunung Papandayan. Berhubung saat itu long weekend, sampai rombongan kami datang ke gerbang pun sudah ada 7000 pendaki yang terdaftar dan otomatis di jalanan sangat ramai sekali, tak jarang antrian panjang  dan macet karena hilir mudik para pendaki yang berangkat dan yang turun dari Puncak Papandayan pun mewarnai perjalan kami. Kerennya lagi, banyak sekali orang-orang yang hobi bermotor cross ria yang melewati jalur pendakian serta para penduduk sekitar yang menggunakan motor membawa makanan yang saat itu saya tidak tau akan dibawa kemana.

Jalan pertama yang dilalui hanya trek yang datar, berbatu dengan tebing, jurang, kawah, dan asap kawah sebagai pemandangannya. Namun, lama semakin lama bau belerang pun menyengat, maka dari itu masker sangat dan perlu skali dibutuhkan. Hanya sedikit trek yang terjal dilewati, kebanyakan trek yang datar Bagi saya, pertama kali bertemu dengan hamparan edelweis adalah hal yang wah, bisa menyentuh, memeluk, dan mencium bunga langka, abadi, dan penuh  perjuangan ini adalah impian saya yang tidak tau keberapa.

Destinasi Papandayan
·         Kawah Papandayan
Kawah ini berada di area pos pertama kita memasuki Gunung Papandayan, pemandangan sekitar dihiasi dengan tebing-tebing  yang menjulang, jalan yang berbatu, tanah warna putih ke kuning-kuningan, asap kawah yang mengepul, dan bau belerang yang menyengat. Terdapat banyak batu-batu besar yang sangat disayangkan sekali banyak coretan-coretan pada setiap batu tersebut membuat sungguh tidak indah:(

·         Air Terjun Papandayan
Ketika awal keberangkatan memang air terjun ini tidak terlihat karena kabut sudah menutupi pemandangan kami sore itu. Namun, ketika pulang, di sekitar jalan kecil setelah dari Pondok Salada terlihat jelas air terjun yang terdapat jauuuuuh dibawah pandangan itu. Subhanaloh, berada lebih jauh tinggi dari air terjun yang padahal untuk sampai ke airnya lagi itu sudah tinggi. Subhanaloh, kita begitu kecil dengan semua ini:’)
·         Pondok Salada
Setelah itu, akhirnya kami sampai di Pondok Salada. Tempatnya para pendaki mendirikan tenda. Hamparan tanah luas yang dihiasi dengan beberapa tumbuhan salah satunya edelweis itu sesak dengan sekian tak terhitung tenda yang berwarna-warni. Hal yang mengejutkan ketika sampai di Pondok Salada ini, terdapat banyak sekali pedagang dipuncak sana, pedagang cuangki juga ada loh, satu porsi RP. 10.000, huuu jarang-jarang kan ada yang jualan cuangki di Puncak Gunug:( Hal yang tak kalah menariknya di Puncak Papandayan ini ternyata ada mushola dan tiga toilet. Beuuuu, hotel alam modern yang kumplit pokoknya, ketakutan pendaki akan panggilan alam atau kekurangan air pun sirna sudah, asalkan mau mengantri panjang dan siap-siap kedinginan tentunya.
Ada hal menarik ketika malam di Pondok Salada, mungkin karena para pendaki yang rame karena aslinya malam itu bukan seperti di Gunung, seperti pasar malam dan berisik ada seekor babi hutan yang besar ke pemukiman tenda, entah mungkin ia tersesat, terganggu, atau apapun yang jelas saya dengan teman-teman perempuan langsung naik pohon. Ceritanya sih, takut si babi menyeruduk tenda:(

·         Milky Way
Dengan mata telanjang pun kita bisa melihat gugusan bintang dengan serbuk-serbuknya yang bersinar, semakin malam semakin kelihatan apalagi jika kita melihat di tempat gelap, semuanya akan terlihat, bintang terbanyak yang pernah saya lihat selama naik gunung itu ya waktu di Papandayan.
·         Sunrise
Melihat sunrise  di Papandayan tentunya kita harus pergi kearah puncak, disana terlihat gunung-gunung yang lain yang menjulang yang tak kalah megah. Tapi, anehnya jika sedang disana, matahari itu serasa milik gunung Papandayan. Hihii
Tapi, sayangnya saya dengan salah satu teman saya tidak bisa menikmati sunrise dikarenakan terlanjur ngantri toilet, padahal itu sudah satu setengah jam :’) keren kan jarang-jarang juga bisa menikmati sunrise di depan toilet, di atas gunung lagi. Huuu

·         Tegal Alun
Pernah bermimpi tidur ditengah hamparan bunga abadi ? berphoto atau memeluk bunga edellweis ? rekomend banget buat kesini, no pict sama dengan hoak, kalo kamu gak di photo di tegal alun ini, sama aja kamu gak pergi ke Papandayan. Hahaa



·         Hutan Mati
Sesuatu yang dianggap mati, namun tetap memberi keindahan. Itulah alam. Hutan mati ini juga jadi tempat paling hits di Papandayan. Pernah berpikir gak ? siapa yang menanam pohon-pohon di Papandayan sebanyak bukit dan hampir menutupi semua gunung Papandayan ? Kerenkan ? Alam memang selalu tiada hentinya memberi apapun apa yang lebih dari kita butuhkan.
Mungkin sekian cerita mengenai pengalaman saya backpacking ke Gunung Papandayan ini, tentunya perasaan atas pengalaman ini lebih berkesan dibandingkan dengan yang ada pada tulisan. Setiap perjalanan memang sudah mempunyai nasibnya sendiri, yang terpenting ketika naik Gunung itu adalah keselamatan dan kebersihan. Utamakan kedua itu.
Jangan hanya menjadi orang-orang yang ikut-ikutan pengen dicap sebagai pendaki atau hanya ingin menuhin album photo di sosial media kalo disananya cuma bertingkah dan nyampah.  Di gunung, kita bakal tau bagaimana karakter seorang teman bahkan karakter dari orang lain yang gak kita kenal (jika kamu mau meluangkan waktu buat merhatiin orang -,-)
Terimakasih yang tak terhingga untuk Alloh yang tiada henti selalu memberikan pengalaman, hikmah, pelajaran, keindahan, kepuasaan, nikmat yang tak terhingga lewat tanah air Parahyangan ini. Terimakasih kepada para pendaki yang tidak bertingkah dan nyampah, juga terimakasih kepada ketujuh teman travel saya kali ini. Sampai jumpa di travel blog selanjutnya, semoga bermanfaat :)





Jatinangor, Mei 2015
Rahmia Khoerunnisa





Comments

Post a Comment