Perpustakaan Nasional Republik Indonesia & Pameran "Tuai Ingatan Rawat Harapan; Catatan Pameran Dramaturgi Skizofernia"

 

 

Sebagai warga baru orang Jakarta, aku mencoba memutuskan untuk pertama kali bepergian sendiri ke tempat yang sudah ada di list tempat yang aku ingin kunjungi. Yups, PERPUSNAS. Perpustakaan yang disebut sebagai perpustakaan tertinggi di dunia. Bangga dong pastinya Indonesia memiliki perpustakaan dengan fasilitas sekeren ini.

Perpustakaan ini bertempat di Jl. Medan Merdeka Sel. No.11, RT.11/RW.2, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta ya, dan tidak dipungut biaya apapun untuk berkunjung ke sini.

Perpustakaan ini terhitung cukup kumplit dan sangat memanjakan pengunjung yang datang, pasalnya apa yang kita butuhkan untuk memenuhi kebutuhan kita ke sana kurasa cukup terpenuhi. Kamu yang suka membaca. senang pergi ke museum. berkunjung ke pameran seni. atau sekedar duduk-duduk merenung. mengerjakan tugas mencari referensi. bahkan ingin mencari suasana berbeda bekerja dari rumah aku rekomendasikan tempat ajaib nan fasilitas serba kumplit ini untuk kamu kunjungi.

 

Tempat duduk yang banyak, ruang diskusi, ruang membaca, ruang mengerjakan tugas, wifi yang kencang, kalau kelaparan ada kantin, kalau mau shalat ada mushala, dan kalau kalau lainnya pasti ada. Tentunya semua didapatkan secara gratis, kamu tidak perlu membayar sepeser pun untuk berkunjung ke Perpusnas. 

 

Di setiap lantai gedung memiliki fasilitas yang berbeda, tergantung kebutuhanmu untuk datang ke sana. Terdiri dari 24 lantai, setiap lantai mungkin memiliki ruang untuk kita bisa melakukan serba-serbi kebutuhan kita mengerjakan tugas (karena aku tidak berhenti ke semua lantai gedung). FYI untuk di lantai 2 itu merupakan ruang untuk pembuatan kartu anggota Perpusnas yang setiap harinya dibatasi sampai 300 orang, jadi jika kamu ingin membuat kartu anggota Perpusnas disarankan datang dari pagi ya agar tak kehabisan.

Perpusnas ini pun dilengkapi dengan museum sejarah yang tak kalah autentik dan menarik, selalu merasa takjub akan kecerdasan orang dulu yang sekarang karya-karyanya berada di museum untuk diabadikan. Yang tidak kalah menariknya pun, Perpusnas ini juga menyediakan ruang pameran seni, daaaaaaaaaan lagi lagi gratis guyssssssssss!!!! 

Sangat kebetulan sekali aku yang pertama kali berkunjung ke sana sedang di adakan sebuah pameran Seni yang bertepatan dengan hari kesehatan mental sedunia. Bertajuk Tuai Ingatan Rawat Harapan; Catatan Pameran Dramaturgi Skizofernia yang menyiratkan upaya dan merekam teman-teman skizofernia dalam berbagai karya. 

Saat aku menikmati beberapa karya yang ditampilkan, banyak potret bagaimana emosi yang tidak stabil, yang tertatih-tatih untuk bisa kembali hidup, semua adalah serba kacau, banyak kecemasan, kelam dan luka yang diterima beserta hal-hal hitam lainnya yang sisi diri punya dijadikan sebuah ruang untuk bisa hidup berdampingan dan hidup terutarakan namun selalu masih ada kesempatan untuk kita memiliki harapan melalui apa yang kita impikan selama ini.

Di dalam satu kotak ruang dengan berbagai karya yang ditampilkan, yang kurasa kelam dan hitam bersebrangan dengan selebar kertas putih untuk kita tuliskan harapan dan mimpi-mimpi kecil. Lagi-lagi aku merepresentasikan bahwa hal buruk yang kita terima bisa jadi “hal baik” jika kita bisa hidup berdampingan dengannya, tidak dengan mengelak dan berusaha untuk melupakan. Hal buruk itu, tangis itu, bunga-bunga mekar dalam garis hitam putih tak berwarna, kuas-kuas yang ruwet kita gambarkan adalah bagian dari kita. 

Kembali ke Perpusnas ini. Ia aku nominasikan sebagai tempat favorit ke dua di Jakarta. Akses transfortasi yang mudah, pemandangan Monas, ikonik Jakarta beserta gedung-gedung tingginya menjadi daya tarik lebih bagi setiap pengunjung, sudah sesuai protokol kesehatan, dan pengunjung dari berbagai kalangan membuat aku merindukan bagaimana eksistensi manusia ada sebelum covid-19 ini ada. Huft semoga covid-19 cepat hilang ya!