Berkemah di Bumi Pasundan, Ranca Upas Ciwidey, Bandung.


Berkemah di Bumi Pasundan, Ranca Upas Ciwidey, Bandung.



“Suhu di tiga pagi menjalar pada 14ºC, membuat masing-masing kami berusaha untuk menghangatkan diri. Ujung hidung yang berubah semakin dingin jua kaki yang tak kunjung hangat walau ia sudah ditimbun kain penghangat.
Tak ubah waktu itu kami hanya berselimut dingin, malam mencumbu tubuh kami dengan sangat rakusnya”

Kami menghabiskan malam minggu dengan cara yang berbeda. Tidak dengan keramaian sebuah cerita rencana dimasa datang yang biasa kita kata diatas meja dengan beberapa kopi dan asap rokok yang mengepul. Tidak dengan sepiring cemilan yang langsung bisa datang hanya karena sekali mengangkat tangan memesan pada si pelayan. Tidak dengan suhu udara normal yang bisa tubuh terima, pun tidak dengan waktu yang merasa terbatas karena ditengah malam kita harus kembali pulang.
Malam ini, adalah panjang milik kami.



Ditengah api unggun yang merajai kami malam ini. Bulan setengah megah dengan sinarnya, sedikit bintang karena kabut sedang liar ingin keluar, jua remang-remang cahaya membuat rasa semakin mesra dalam rimba.



Mesra ini, semakin kami hidupkan dengan tingkah penuh canda dan tawa, dengan duduk sama melingkar melupakan peluh dan keluh, menikmati hangatnya sebuah kebersamaan yang begitu mahal untuk diciptakan karena satu dua lusa hari kemudian bisa saja menyamakan waktu untuk bertemu adalah sebuah kesulitan yang terlalu.
Maka, kelak dari ujung semuanya adalah sebuah rindu yang menjadi candu.

Bait kata untuk cerita singkat ini, kelak akan mengantarkanku pada masa yang ingin kembali untuk diulang, pada masa dimana kami senyap lelap dalam pangkuan bumi semesta.

***



Kali ini aku diajak berkemah disalah satu tempat dengan suhu paling tropis di Bandung yaitu Ciwidey, Ranca Upas. Tiket masuk untuk berkemah satu orang adalah Rp.25.000 dengan biaya kendaran sepeda motor RP. 3000 sedangkan jika ingin berwisata saja kita hanya merogoh kocek RP. 10.000 dan itu belum termasuk bayar parkir juga tiket masuk ke tempat penangkaran rusa. Tempat paling terinstagramable.



Menurutku, tempat ini adalah tempat yang super cocok untuk dijadikan berkemah apalagi bagi orang yang tidak terlalu suka mendaki gunung. Tanpa lelah mendaki kita sudah rasakan sensasi bagaimana langsung tidur dipangkuan bumi. Lagi pula untuk semua peralatan pun tak perlu khawatir akan kekurangan karena jika kamu punya uang yang banyak sepertinya membawa tangan kosong pun jadi. *Jadi bisa tidur tapi sensasinya kurang juga sih*, kamu bisa menyewa peralatan dan membeli makanan yang kamu butuhkan. Tapi tentunya, berkemah dengan membawa tangan kosong sama sekali tentu tidak baik. Tidak ada yang bertanggung jawab atas keselamatanmu. Sekalipun semesta itu Maha Baik tapi jika kita tetap mengabaikan hal-hal kecil itu bisa saja dapat mengganggu keselamatan dan kebahagiaan yang kamu akan alami saat itu.



Alas dari tanah adalah sisa-sisa dari pohon rumput yang mengering, sehingga bukan tanah lembab yang kita pijak. Jauh luas rumput kering ini terhampar, ujungnya terhenti karena bukit-bukit yang tak terjamah membentengi.

*Kira-kira bukit yang sambung menyambung itu ada apa saja ya? Kisah misteri apa yang ada dalam ceritanya? Serta dibalik gunung itu ada apa? aku kepo sekali, banyak yang ingin aku tanya tapi aku diam saja, biar beberapa pertanyaan ini menjadi perbincangan diriku dan sang si imajinasi yang seru. Menebak membayang-bayang cerita dibalik sambungan bukit itu.*

Kabut adalah penghuni tetap disini. Apalagi jika malam, hembusan nafasmu adalah buktinya. Makanya jangan coba-coba gak pake jaket kalau gak mau membeku (kecuali bagi yang kuat aja sih). Menuju semakin malam, semakin dingin. Perlu beberapa ikat kayu untuk membuat api unggun. Tenang, disini kayu ada dijual. Harganya RP. 15.000/ikat. Kamu cuma perlu kumpulin niat aja untuk pergi ke warung-warung.

***



Paginya, bumi ini gak kapok kasih kita dingin tapi perlahan matahari pagi terbit juga. Bola sinarnya tak terlihat terhalang bukit tapi hangat pijarnya menemani kami yang bebas menghirup udara suci tanpa polusi.
***



Selamat pagi dari bumi.
Ilalang kering sedikit basah terkena embun pagi, warnanya keemasan terkena sinar mentari, Pancaran surya semakin menghangatkan dan masing-masing kami sudah kembali bangun menikmati sunyi dalam diri.

Berjalan-jalan kesana kemari, melihat sana-sini, mengamati.
Semua manusia bangun dengan rona bahagianya.
Banyak canda. Dari antara teman, dari sepasang kekasih, pun dari sepasang ibu dan bapak yang dengan bangganya melihat anak usia dua tahun melangkah kecil diatas rumput yang mulai mengering. Sisanya sayup-sayup suara canda, dari masing-masing tenda. Bermacam-macam. Apapun itu, mereka pasti sedang berbahagia.


Sampai siang harinya, bumi perkemahan ini bertambah sepi. Orang-orang kembali pulang mengemasi, membawa cerita satu hari yang tak akan pernah mereka lupakan sampai tua nanti. Begitu pun kami. Ikut kembali pulang, tak kuat untuk kembali. Merebahkan badan. Rasanya kasur empuk memang hal yang paling kami rindukan setelah bermalam dari tempat ini.

***



Aku adalah seseorang yang sukar sekali untuk diam, kecuali jika memang waktunya untuk menyepi sendiri. Memandangi sekitar, melihat, sekaligus mempelajari banyak manusia dengan segala macam aktivitas dan pola pikirnya yang unik. Aku rasa, tempat ini adalah salah satu taman bermain yang tak pernah habis berikan pesona dengan rimbanya.


 N.B: Inilah sisa dari foto-foto yang sayang jika tidak kubagikan.




































Dan terimakasih untuk kalian, teman yang telah sumbangkan kebahagiaan pada hari itu.


Bandung,
21 -22 Juli 2018.







Comments

  1. The 11 Best Casinos in the UK - Mapyro
    Take a look 고양 출장샵 at 태백 출장안마 the 10 best casino sites in the UK. We've 진주 출장마사지 ranked the top 10 casinos 삼척 출장마사지 and 구리 출장안마 their games, giving you a great view of their

    ReplyDelete

Post a Comment