ULASAN DAN REKOMENDASI BUKU 2020


Di tahun 2020 ini setidaknya aku menantang diriku untuk bisa konsisten membaca buku minimal satu bulan satu buku bacaan. Hal tersebut supaya menjadi pemicu dan pengingat untuk aku tetap memberi makan diriku sendiri, supaya dengan tantangan tersebut nanti ketika malas membaca datang, aku ingat dengan apa yang sudah menjadi komitku untuk bisa menjadi konsisten.

Dan ternyata sampai bulan Juni ini aku sudah menghabiskan total 17 buku bacaan baru. Waaaaa… senang rasanya, semakin ingin banyak uang untuk bisa beli buku lagi. Baiklah, kalau begitu aku urutkan ulasan buku ini sesuai dengan timeline aku membaca ya. Semoga bermanfaat untuk teman-teman yang membaca:

1.       KIM JI YEONG BORN 1982 - CHO NAM JOO


Ulasan buku dan film #KimJiYeongBorn1982

Setelah membaca dan menonton Kim Ji Yeong lahir tahun 1982, rasanya memperbandingkan sebuah novel dan film adalah hal yang lumrah terjadi. Kebanyakan yang sudah membaca bukunya duluan, akan sangat berat hati jika sebuah karya tersebut akan di filmkan karena hal tersebut akan merusak imajinasi si pembaca, tetapi untuk yang ini berbeda; mereka saling melengkapi. Apa yang tidak ada di film, semuanya begitu detail di buku dan apa yang tidak ada di dalam buku disampaikan dengan baik lewat film. Saranku baca bukunya terus tonton filmnya.

Kim Ji Yeong lahir tahun 1982; sempat diberitakan media sosial, judul karya ini begitu booming dan membuat sebagian perempuan takut akan menikah. Pesan yang disampaikan untuk melawan sistem sosial, patriaki di Korea, (bahkan patriaki pun begitu kontras di budaya Negara kita sendiri), disampaikan oleh penulis melalui “hal-hal kecil yang sering terjadi” namun berdampak besar bagi “kesehatan” fisik dan psikis perempuan.

Dominasi kaum pria yang merasa punya hak istimewa atas perempuan itu, tidak adil dan “kejam” menurutku. Perempuan, seseorang yang kelak akan menjadi ibu dan istri, menjadi ibu rumah tangga atau menjadi wanita karir. Ia mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri, tidak usah buang waktu mengomentari sesuatu hal yang “tidak sesuai budaya” maka otomatis perempuan tersebut dicap salah. Kata-kata negatif yang dilontarkan sungguh akan berdampak dan “menghancurkan” perempuan tersebut.

Perempuan; di semua usia dan apa peranmu, engkau begitu berharga dan berhak untuk bahagia. Semoga siapa pun, masih bisa temukan; “kamu dan jati dirimu” saat hidup bersama orang yang sudah menjadi pilihanmu, kelak.

 

2.       ORANG-ORANG OETIMU – FELIX K. NESI


Novel pertama tahun 2020, diselesaikan membaca kurang dari waktu satu hari di hari Minggu. Novel yang membuat aku bisa merasakan tangis kembali karena membaca buku, Novel yang membuat aku merasakan kembali bisa ketiduran saat membaca, Novel yang sehari selesai membaca sampai tengah malam selain Novel berjudul; Tuhan, Izinkan aku jadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan dan puisi-puisi Jokpin tentunya, penulis puisi pavoritku.

Membaca buku ini dan membuat aku menangis, tokoh Laura mengingatkan aku kepada bagaimana kelamnya perempuan-perempuan Jugun Ianfu saat jadi korban perbudakan seks selama Perang Dunia II dan mengingatkan pula pada film Korea kisah nyata berjudul Sprits Homecoming (2016). Kelam dan tragis. 

Di awal cerita sudah disuguhkan bagaimana “tegangnya” sejarah Timor Timur saat menjelang dekolonisasi dari jajahan Portugis, bagaimana situasi mencekam dan dendamnya ketiga partai yang sama saling berusaha mencapai tujuannya (1. UDT, partai yang menginginkan persatuan dengan Portugal, 2. Fretilin, yang menginginkan kemerdekaan penuh, 3. Apodeti, yan ingin bersatu dengan Indonesia), dan bagaimana gereja, negara, tentara, sopi, dan sex menjadi hal yang menambah pelik dan berpengaruh kepada sistem sosial di alur cerita novel tersebut.

Sebenarnya alur ceritanya sederhana dan ternyata lebih banyak menggali tentang kehidupan pribadi para tokoh; terutama perihal sex yang awalnya menurutku jadi melebar keluar dari “Oetimunya” sendiri. Kehilangan ekspektasi tentang novel ini, yang dikira akan menceritakan kehidupan sosial di Oetimu dari jaman penjajahan Portugis sampai era Soeharto. Tapi ya itulah kejutannya; persoalan gereja, negara, tentara, sopi, dan sex semakin memperluas cerita ini, kelima poin tersebut kontras ditampilkan. 

Awalnya sempat ragu sama diri sendiri, suka atau tidak dengan gaya kepenulisan novel tersebut, tetapi ternyata Felix memang lihay betul. Bahasanya ringan, frontal, sinis,dan yang aku suka adalah gaya kepenulisan dari sindirannya. Sangat menarik dan yang membuat lebih menarik disini pun adalah bagaimana Felix mengangkat tokoh pastor,seorang pemuka agama;  pelayanan Tuhan yang suci dan beriman menjadi manusia biasa dan “dosa-dosanya” frontal betul dijelaskan dengan detail. Gila!!!

***

Lalu Bulan Juli 2020 aku mendapatkan kabar bahwa penulis, Felix ditangkap karena menyuarakan kebenaran. Ia dilaporkan kepada polisi oleh Komunitas Pastoran SMK Bitauni karena ia menghancurkan kaca jendela dan sejumlah kursi di pastoran. Felix kecewa dengan sistem Keuskupan Atambua yang memberi tempat dan "perlindungan" kepada pelaku kekerasan seksual. Kabar terbaru Felix sudah didampingi pengacara dan diperbolehkan pulang, meski laporan kasusnya belum dicabut.

Sama seperti dengan bukunya Orang-Orang Oetimu, Felix sudah sangat berani. Sungguh kagum dengan orang-orang yang sangat memiliki jiwa pemberani seperti beliau. Baik-baik ya Felix.

 

3.        SEPERTI DENDAM RINDU HARUS DIBAYAR TUNTAS - EKA KURNIAWAN


Boleh katai aku super ketinggalan dan cupu sekali baru baca-baca karya Eka di usia sekarang ini, tapi gak apa-apa tidak menyesal, toh membaca buku seperti ketemu sama jodoh. Nanti bakal bertemu tepat pada waktunya. Hehee

Awalnya bingung; judul buku, sampul, dan sinopsis ko gak banyak nyambungnya ya, tapi setelah menyelesaikan bukunya “Oh ini maksudnya” gumamku sambil bilang “Aduh Eka, Eka, dari buku ini banyak ilmu pengetahuan baru yang aku terima terutama soal yaaaaaaaa…….itulah ya. Hehe

Realisme pinggiran tentang persoalan hidup terutama tentang “percintaan” yang kalo tulisannya dijabarin Eka, tidak berlebihan, sangat jujur, tidak porno, dan tidak menye-menye. Rasanya kepingin sekali membongkar semua hal bagus dari kepenulisan buku ini, tapi biarlah semua ulasan di Google sudah sangat mewakili apa yang aku ingin katakan juga. 

Tapi satu hal yang sudah mencuri perhatianku dari buku ini selain pelecehan  yang terjadi pada Ajo Kawir dan Iteung yang akhirnya membawa pada kekurangan mereka masing-masing (Btw, ternyata kekurangan yang ada pada dalam diri kita itu ternyata lebih banyak “memberi” ya). *lanjut* 

Dibalik dari cerita si tokoh utama; Ajo kawir dan temannya yang menempuh jalan sunyi, perhatianku berfokus pada nasib para perempuan di novel berlatar “puncak rezim yang penuh kekerasan”. Eka mencoba menunjukan “kebrutalan” di kehidupan nyata orang pinggiran yang kadang dan mungkin sampai sekarang dialami oleh perempuan. Dan itu sangat mengerikan; buatku.


4.       CANTIK ITU LUKA – EKA KURNIAWAN


Novel campur aduk, surealis dan sejarah Indonesia jadi satu. Tapi yang paling ku suka, beberapa tokoh perempuan di sini, gak menye-menye. Punya power. Bahkan pria sejago apapun, setinggi apapun dia punya kuasa, perempuan jadi alasan hilangnya sisi maskulinitas mereka. 

Gak malu-malu beberapa tokoh pria yang memiliki peran besar di daerah fiktif Halimunda ini, yakni diantaranya; 1. Shodancho, seorang mantan prajurit Jepang yang memberontak dan memilih menjadi veteran perang Hindia Belanda dan diangkat menjadi seorang jenderal, 2.  Kamerad  Kliwon, pejuang komunis paling berpengaruh, dan 3. Maman Gendeng seorang preman yang paling ditakuti. Mereka menunjukan sisi feminitas mereka terhadap perempuan yang mereka sayangi walau salah satu kasih sayang mereka tidak sepenuhnya terbalaskan bahkan penuh tragedi dan berujung tragis.

 Awalnya tidak terpikir juga bahwa kritik feminis sosialis diangkat novel ini atas peran utamanya, Dewi Ayu; seorang pelacur kelas satu di daerahnya yang merasakan penindasan saat  jaman kolonial. Lagi-lagi kengerian posisi perempuan saat jaman kolonial selalu membuatku merinding.

Setiap lembaran barunya mempunyai kejutan yang tidak bisa ditebak, sampai diri sendiri selalu mengingatkan diri bahwa “Mi ingat, ini novel Surealis” (Surealisme adalah suatu aliran seni yang menunjukkan kebebasan kreativitas sampai melampaui batas logika). Novel serba ada, absurd, tidak masuk akal, tapi meriah sekali dengan konflik dan pintarnya Eka, menghubungkan satu tokoh ke tokoh lain yang banyak tokoh sampai aku sendiri membuat catatan khusus panca kaki untuk hubungan darah tokoh-tokoh Eka di Cantik Itu Luka. Bagi yang tidak suka dengan surealis akan menganggap novel ini sebelah mata, tetapi buatku cukup menyegarkan kembali bacaanku, sesuatu bacaan yang baru.

Isu-isu yang diangkat oleh Eka dalam novel Cantik itu Luka membawa kita pada kritik-kritik sosial yang masih ada di Negara Indonesia,salah satunya tentang kepercayaan masyarakat kita tentang mistis dan magis dan kalau ditanya ini buku membahas apa, aku pasti suka bingung jawab karena di novel ini rasanya semua serba ada.

***

Sempat berpikir, apakah “pentingnya” kedudukan perempuan hanya dilihat dari ia cantik ? seperti pada Dewi Ayu, perempuan keturunan Indo Belanda yang merasa dirinya lebih baik menjadi seorang pelacur dibandingkan menjadi istri di rumah yang hanya diatur oleh aturan sosial sebaik-baiknya menjadi istri. Menurutku cantik mempunyai spektrum yang sangat luas maknanya, namun sayangnya kecantikan dipandang dari sudut pandang lelaki dan hal tersebut membuat mereka memasuki kubangan patriaki. Padahal posisi menjadi perempuan, mempunyai arti lebih dari sekedar apa itu cantik.

5.       Perjamuan Khong Guan - Joko Pinurbo


Buku puisi terbaru dari Joko Pinurbo, penyair favoritku yang sudah aku masukan list di buku mimpi untuk bisa bertemu dengan sosok sederhana layak puisi-puisinya. Perjamuan Khong Guan, puisi-puisi yang ia kemas menjadi banyak makna dan dalam.

Salah satu puisi favoritku dibuku ini; Hujan Khong Guan.

 

6.       LAUT BERCERITA – LEILA S. CHUDORI


Masuk dalam daftar novel favoritku. Membaca dengan penuh emosional terlebih dikemas dalam dua sudut pandang. Biru Laut yang menghilang dan Asmara Jati, keluarga yang ditinggalkan. Sebuah buku yang membuat aku banyak tarik nafas.

Namanya Biru Laut, dia adalah salah satu dari ketiga belas aktivis yang dinyatakan hilang dari peristiwa kelam Negara kita tahun 1998.  Aku tak akan bercerita banyak tentang bagaimana perjuangan mereka dan sebagus apa buku ini; kemanakah mereka yang hilang ?

Bagaimana keluarga mereka selama berpuluh tahun itu hidup dalam ketidakpastian akan seseorang yang mereka kasihi, kemanakah seorang bapak, kakak, adik, atau mungkin kekasih mereka yang sampai sekarang mereka tidak tahu keberadaannya

Laut Bercerita ini ternyata ada film pendeknya dengan judul yang sama. Biru Laut yang diperankan oleh Reza Rahadian dan Ratih Anjani yang diperankan oleh Dian Sastro. Untuk versi yang lebih luasnya lagi novel Laut Bercerita ini hampir sesuai dengan Film Korea yang berjudul 1987: When the Day Comes (2017). TERBAIK!!!!!!

7.       RONGGENG DUKUH PARUK - AHMAD TOHARI


Baca Novelnya membawa aku ke suasana yang amat tradisional. Bagaimana tubuh perempuan beserta kecabulannya menjadi kuasa dan juga menjadi sesuatu hal yang dibanggakan. Konflik besar diawali dengan latar sejarah tahun 1965,  kebodohan dan kemelaratan Dukuh Paruk membuat mereka terjebak dalam organisasi komunis dan menghancurkannya semua hal yang bersangkut paut dengan Dukuh Paruk.


Ending yang sakit, dan menyesakkan. Aku suka sekali dengan Rasus yang mencintai Srintil dengan begitu banyak sekali sikap sabar yang tidak ngotot dan penuh nafsu untuk memiliki Srintil, ronggeng yang dimiliki oleh semua lelaki yang berani membayarnya. Aku suka dialog saat Rasus bilang "iya" di akhir buku akan selesai, seolah menjelaskan bahwa Srintil adalah calon istrinya, dijabarkan penulis begitu tenang dan apik. Menguras berbagai emosi.

Sayang akhirnya tragis dan membuatku sebagai perempuan pembaca "sakit". Srintil jadi tumbal "tradisi" ronggeng yang bagi perempuan-perempuan kampung, hanya dalam tontonan ronggenglah mereka bisa menyaksikan kaum laki-laki dipermainkan oleh lawan jenisnya. Bukan sebaliknya, seperti yang mereka alami sehari-hari. Tapi ya akhirnya Srintil jatuh juga, impiannya yang sederhana dihancurkan dengan begitu sangat menyakitkan. Bisa dikatakan bahwa, adat memang telah membunuh nasib seorang perempuan.

8.       TELEPON GENGGAM – JOKO PINURBO


Lagi, Buku Puisi Joko Pinurbo dengan cover terbarunya. Telepon Genggam, rasanya tak perlu lagi banyak cerita bagaimana puisi-puisi Jokpin. Buku yang akan selalu dibawa, kalau aku bepergian dan sedang butuh hal-hal sepi.

 

9.       PULANG – LEILA S. CHUDORI


Beberapa bulan terakhir ini lagi seneng sama novel fiksi sejarah yang pasti berkaitan dengan komunis, kelas sosial, protelar vs borjuis, runtuhnya orde baru, dsb. Betul. Aku menemukan sejarah yang gak pernah ada di buku atau pelajaran semasa sekolah dulu. . Toh memang betul sejarah dibuat oleh “mereka” yang menang.

Pulang, dengan plot tragedi G30SPKI sampai runtuhnya rezim orde baru bagi para eksil politik Indonesia yang bener-bener gak bisa pulang ke Tanah Air. Kita gak bisa mudik gara-gara covid-19 ini belum ada apa-apanya ya. Dimas Suryo sebagai tokoh utama beserta teman-temannya yang lain yang tak bisa pulang, para mahasiswa berprestasi yang dicap sebagai komunis. Bayangkan saja kita sedang ada di Negara lain dan tiba-tiba tidak bisa pulang. Untuk waktu yang sangat lama atau bahkan tidak bisa sama sekali. Meninggalkan keluarga, meninggalkan tanah lahir, meninggalkan akar diri kita.

Di sini aku menemukan harum Indonesia yang beraroma cengkih dan kunyit dalam dua toples yang disimpan Dimas Suryo, entah untuk mengenang Indonesia atau kekasihnya dulu, Surti Anandari. Nama-nama yang indah. Hum aku tergila-gila akan tokoh Lintang Utara beserta kecerdasannya, juga semua novel Leila S. Chudori yang paket kumplit dan nakalnya. Hehee.

Baiklah dua buku Novel Leila sudah aku baca, dan dia sudah masuk dalam penulis favoritku selain Dee Lestari.


10.   Pak Tua Yang Membaca Kisah Cinta - Luis Sepulveda


Novel pendek dan juga membuatku terkecoh; aku kira buku ini akan berisi kisah-kisah cinta sama seperti judulnya. Eh ternyata salah besar.

Satir, menyinggung pemerintah. Isu-isu politik, ekspolitasi alam yang berlebihan, perambahan hutan, perburuan hewan. Ketamakkan manusia menjadi makhluk paling kejam untuk sesama makhluk hidup lainnya. Ekosistem terganggu, yang lemah mencoba bertahan dengan menyingkir atau bertahan di tempat tapi pelan punah karena keserakahan para penjarah hutan. Dalam tokoh pak tua kita akan menemukan jiwa sunyi saat dirinya memilih dihidupi oleh hutan.

Yang suka tinggal/pergi/singgah di hutan bisa baca bukunya, suku india, shuar mangajarkan cara hidup harmonis dengan hutan. Sejatinya bagian dari kita. Yang hidup.


11.   FINGERPRINTS OF THE GODS - GRAHAM HANCOCK


Buku yang menyadarkan aku akan cerdas dan hebatnya teknologi para leluhur. takjub bagaimana apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi merupakan satu kesatuan. browsing sana-sini sampai akhirnya malah makin banyak pertanyaan baru yang makin berkesinambungan.

Peradaban kuno yang selalu dianggap prmitif. Leluhur kita yang mencoba menyampaikan pesan. Situs-situs yang ditinggalkan seolah bilang “we was here. We know things”. Bahasa matematika yang universial, bumi membuat cerminan apa yang ada di langit, bagaimana mitos-mitos lahir dan tumbuh, bencana katastropik. Ice Age yang menghancurkan peradaban. Celestial number, kode-kode semesta. Dewa-dewa Mesir, kecanggihan teknologi dan ilmu pengetahuan yang luar biasa saling terhubung, berkaitan, dan terkoneksi .


12.   DAWUK


Bagi yang sudah membaca pasti akan sepakat dengan seninya bercerita dari Warto Kemplung yang luar biasa berseninya, terkenal sebagai pembual yang menceritakan Dawuk, Kisah Kelambu dari Rumbuk Randu.

Kekuatan narasi yang dibangun oleh Warto Kemplung jadi hal yang bikin aku suka baca buku ini apalagi pas tiba di endingnya; tahu Warto Kemplung itu pembual tapi tetep ketagihan, benar atau tidaknya dia bercerita, satire sama pemerintah juga pemangku agama di kampungnya bikin aku pikir kalau si Warto ini tidak “serendah, sepengangguran, pembual” yang orang di warung kopi pikirkan. Rasa-rasanya kepingin balik ke jaman dulu, duduk di depan rumah sambil dengerin para orang tua mendongeng lagi.

Kearifan lokal, rumbuk randu; daerah dikelilingi hutan. Potret daerah kecil indonesia. Masyarakat yang menjadi TKI malaysia, “memanfaatkan” gelar agama juga jabatan pemerintah. Cerita-cerita buruk yang didengar menjadi kebencian yang semakin tersebar. Nasibmu Mat Dawuk memang kelambu, sudah dibenci sekampung akibat buruk rupanya, lalu dituduh membunuh istri yang sedang mengandung anak sendiri. Nyesek.


13.   ROBOHNYA SURAU KAMI – A.A. NAVIS


Robohnya surau kami, anak kebanggaan, datangnya dan perginya. Tiga cerpen favorit dari sepuluh kumpulan cerpen a.a navis bertema sosio-religi ini.

Melankolis. Hal-hal kecil yang sering dirasakan dalam diri kita menjadi mewah ceritanya. Penuh nasihat. Kritis. Cerita yang gak bisa ditebak judul, alur, dan akhir mau bertemu dimana. Timing paling penasaran tuh kalau udah baca akhir ceritanya. Bawaan bacanya pelan-pelan biar paham.

Pernah merasa diri adalah sosok yang lebih baik? Hhhh disini kamu akan disentil pengarang dengan gaya kebahasaannya yang sinis. Bahkan di salah satu cerita pendek ini pun tuhan marah pada seseorang yang kerjanya cuma hidup beribadah;

“kalian kira aku ini mabuk pujian dan mabuk disembah? Sekali-sekali, tidak!!!”

Waw. Pantesan saja, cerpennya pernah jadi kontroversi. Untuk karya sastra yang lahir tahun 1956, a.a navis begitu kritis. “ngeri” juga kalau lahir tahun dua rebu sekian. Bisa-bisa di............


14.   PENGAKUAN – ANTON CHECKOV


Kumpulan cerpen sastra Rusia, yang diterjemahkan oleh Koesalah Soebagyo (saudara kandung dari Bapak Bangsa kita;  Pram) ini menggambarkan keadaan masyarakat Rusia pada abad XX, yang kata kebanyakan pembaca termasuk aku seusai dengan potret Indonesia terkini.

Korupsi, kolusi, dan nepotisme jadi benalu sosial yang membuat busuk nan muramnya kehidupan masyarakat; Anton Chekhov “lumayan” berhasil menggambarkan di buku ini. Mungkin karena buku ini terjemahan, aku merasa kaku akan maksud dari ceritanya.  Tak terbiasa membaca buku terjemahan ya jadinya begini hehe senengnya lokal.

Cerpen favoritku adalah Orang Bebal; kata si kaya pada perempuan yang jujur, miskin, dan jadang dihargai akan pekerjaannya: “alangkah mudahnya menjadi orang kuat di dunia ini~~


15.   MARYAM – OKKI MADASARI


Berkenalan dengan apa itu ahmadiyah; bagaimana hidup seorang ahmadi yang selalu menerima diskriminasi. Di buku ini sayangnya memang tidak dijelaskan secara rinci kenapa seorang ahmadi disebut “sesat” selain “menduakan” nabi kita, tapi sebagaimana pun orang beranggapan ahmadi adalah “sesat”, aku nyesek, sakit, dan kepingin marah bacanya. Ketika mereka tidak diberlakukan seperti manusia.

Diskriminasi, pengusiran, bahkan dituntut paksa untuk kembali pada jalan yang benar menurut kata orang; —yang namanya keyakinan memang tidak bisa dijelaskan. Ia akan datang sendiri tanpa harus punya alasan.

Kemanusiaan bagian dari agama. Agama yang kita percayai. Apapun itu akan selalu mengajarkan kebaikan, selalu jadi satu dengan kemanusiaan. Tokoh Maryam merupakan salah satu orang yang mengalami diskriminasi agama, lewat Maryam kita akan tahu bagaimana perasaan orang yang kita anggap “berbeda”. Hanya karena beda satu hal, semua jadi melebar ke mana-mana.

 

16.   ENTROK – OKKI MADASARI


Orba dan segala kuasanya. Tak patuh negara ya “hilang”. Ganggu keamaan ketentraman dor mati.  Dicap pki. Sengsara sampe sekian turunan. 

Tak aku sangka bahwa aku sendiri terkecoh dengan covernya yang unik, lembut, begitu perempuan, dan berwarna. Aku kira buku ini hanya menjelaskan tentang bagaimana perbedaan kepercayaan antara ibu dan anak yang berbeda generasi. Tak hanya itu, pembahasan di buku ini pun sangat luas sekali, selain membongkar bagaimana jaman dulu mereka yang duduk jadi orang pemerintah meraup uang dengan berbagai cara, buku ini juga menggambarkan bagaimana budaya patriaki yang masih mengukung keras pada generasi Marni, tokoh ibu dalam buku ini.

Yang katanya suci yang benar. Yang di posisi tinggi katanya kudu dipatuhi. Heh tahunya banyak bangsat di mana-mana. Tak dipungkiri lagi, buku ini masuk dalam buku favoritku lagi.


17.   RAUMANEN – MARIANNE KATOPPO


Jadi merasa beruntung punya partner yang tidak dalam kuasa adat suku tertentu, dengan embel-embel harus begini dan begitu. Kisah cinta yang sederhana antara gadis Manado dengan seorang pria sulung Batak yang dalam kuasa adatnya seorang laki-laki sulung harus menikahi seseorang perempuan yang tidak jauh dari keluarganya sendiri.

Mungkin ini adalah kali pertamaku membaca karya sastra yang terbit tahun 1977,  di awal buku menginformasikan bahwa sastra pop tahun 70-an mempunyai ciri khas; cerita yang tabrakan antara adat daerah masing-masing. Yah seperti cerita Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk dari Buya Hamka. Meski terdengar sederhana. Klise. Alur, cara bercerita, isi, penyampaian, sampai baru “ngeuh” pas buku ini selesai menjadikan rumanen buku “mewah” yang aku baca untuk sastra pop tahun 70-an. Di akhir tutup buku aku mendapat kejutan, sampai harus balik lagi ke halaman awal.

Terimakasih Raumanen, karenamu akan coba membaca lagi yang baru, membaca novel-novel tahun 70-an, tahun bahkan mamaku saja usianya masih kecil.

Comments