Eksotisme Tanah Parahiangan, Gunung Papandayan, Garut.
Eksotisme Tanah Parahiang : Gunung Papandayan
Bagi para pendaki, tentunya tidak asing lagi dengan
salah satu Gunung yang terletak di Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut ini. Yaaa..
Gunung yang sempat mengalami erupsi dahsyat sekitar tahun 1772 ini memiliki
ketinggian 2622 mdpl sudah menjadi objek wisata alam yang sudah
tidak asing dikunjungi orang-orang karena pemandanganya yang langka dan eksotis
membuat wisatawan berburu untuk mendaki mengunjungi tempat ini. Selain itu, di
Gunung Papandayan sendiri terdapat cukup banyak spot-spot keren untuk kalian
para pecinta foto, dimulai dari kawah yang terdiri dari empat kawah terkenal
seperti Kawah Mas, Kawah Nangklak, Kawah Baru, dan Kawah Manuk, Tegal Alun (Padang
Edelweiss), Hutan Mati, sunrise dan bintang-bintangnya langit Papandayan yang
tak jarang milky way terlihat dengan mata telanjang. Bahkan jurang dan
tebing-tebingnya yang dihampari bebatuan putih juga bisa dijadikan spot untuk berfoto
atau ber-selfie ria.
Berhubung
Gunung Papandayan sudah menjadi tempat wisata, jadi untuk para pengunjung dikenakan
sejumlah biaya, hal tersebut dilakukan untuk tiket masuk, untuk keamanan serta
kebersihan. Suasana di Kaki Gunung Papandayan pun terbilang ramai, para
pedagang dengan aneka macam dagangan baik itu berupa makanan atau pun souvenir semakin meramaikan suasana.
Kebetulan saat itu sedang musim mendaki dan tercatat pada hari itu, tanggal 16
Mei 2015 sekitar 7000 pendaki terdaftar di tempat melapor. Wooo kebayangkan
bagaimana ramainya suasana hari itu di Gunung Papandayan.
Jalan
pertama yang dilalui hanya trek yang datar dengan batu-batu kecil berwarna
putih kekuning-kuningan, hal tersebut karena campuran dari belerang yang
terdapat pada kawah-kawah disekitar. Tebing yang menjulang, jurang, kawah
dengan asapnya adalah pemandangan pertama setelah kita mulai memasuki Gunung
Papandayan untuk sampai ke puncak. Namun, lama semakin lama bau belerang pun
menyengat, maka dari itu masker sangat dan perlu sekali dibutuhkan. Hanya
sedikit trek yang terjal dilewati, kebanyakan trek disana adalah trek yang
datar membuat Gunung Papandayan ini memang cocok sekali di jadikan sebagai Gunung
bagi para pendaki pemula.
Sebelum
sampai ke puncak Papandayan, kita akan tiba di Pondok Saladah, Pondok Saladah
ini adalah tempatnya para pendaki mendirikan tenda. Hamparan tanah luas yang
dihiasi dengan beberapa tumbuhan salah satunya edelweiss itu sesak dengan
sekian tak terhitung tenda yang berwarna-warni. Di samping Pondok Salada pun
terdapat padang edelweiss atau yang lebih terkenal dengan nama Tegal Alun.
Tegal Alun ini juga salah satu yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung
ke Gunung Papandayan karena terdapatnya bunga langka dan abadi yang hanya
tumbuh pada ketinggian tertentu. Selain
adanya Tegal Alun, Gunung Papandayan pun memiliki destinasi lainya yaitu Hutan
Mati. Sesuatu yang dianggap mati, namun tetap memberi keindahan ini terjadi
karena erupsi Gunung Papandayan yang terjadi pada tahun 2002 lalu. Namun erupsi
gunung api starto ini malah membuat Gunung Papandayan ini semakin terlihat
lebih eksotis.
Hal
yang mengejutkan ketika sampai di Pondok Saladah ini yaitu terdapat banyak
sekali pedagang. Mulai dari pedagang cuangki, mie rebus, juga berbagai minuman
dan makanan. Hal yang tak kalah menariknya di Pondok Salada ini terdapat mushola
dan tiga toilet. Kerenkan, , kecemasan pendaki akan panggilan alam atau
kekurangan air pun sirna sudah, asalkan mau mengantri panjang dan siap-siap
kedinginan kita sudah bisa menikmati hotel alam versi modern.
Ada hal menarik ketika malam di
Pondok Salada, mungkin karena ada banyak pendaki yang bermukim di Pondok Saladah
membuat begitu sangat ramai sehingga seekor babi hutan pun ikut meramaikan
suasana malam di pemukiman tenda. Menurut pedagang sekitar, di Gunung
Papandayan ini memang terdapat babi hutan, ada babi hutan yang sudah tidak
asing lagi mampir ke Pondok Salada ini hanya untuk sekedar mencari makan. Babi
hutan tersebut bernama Omen, menurut pedagang sekitar, babi hutan tersebut baik
dan tidak akan menganggu.
Suasana malam di Pondok Salada
memang sangat dingin, namun terasa hangat karena kebersamaan, keceriaan, dan
silaturahmi yang terjalin antar tetangga tenda. Malam yang dingin dengan api
unggun sebagai obatnya, beratapkan gugusan bintang dengan serbuk-serbuknya yang
bersinar semakin terbukti bahwa Indonesia itu lebih dari sekedar kaya dan indah
akan alam dan pemandanganya. Setiap jalan untuk menuju puncak Papandayan selalu
menghadirkan kekayaan alam Indonesia yang memang harus kita jaga dan
lestarikan. Jangan hanya menjadi orang yang ingin dicap sebagai pendaki dan hanya
ingin menuhin album foto di sosial media kalo disananya cuma bertingkah dan
nyampah. Lindungi alam kita, tanah kita, biarkan senyum pertiwi kembali hiasi
bumi alam kita di tanah Parahiangan ini dengan bukti cinta kita terhadap
alamnya.
Tetaplah selalu perhatikan keamanan dan
keselamatan. Meskipun Gunung Papandayan ini merupakan gunung dengan trek yang
tidak terlalu susah dan terjal tetapi barang-barang kebutuhan mendaki haruslah lengkap.
Puncak dengan sejuta keindahannya adalah bonus semata, yang terpenting adalah
menemukan makna dari setiap langkah yang kaki kita pijak. Mendaki Gunug bukan hanya sekedar menaklukan, tetapi apa makna yang
didengar dan dilihat pada setiap langkah perjalanan. Itulah yang
terpenting.
:)
Salam dari omen.hehe
ReplyDeleteKunjungin juga blog saya ya http://www.wawanpsirait.com/2016/02/minimalisir-dana-menuju-puncak.html