Bunker Kaliadem Yogyakarta; Cerita Kelam dalam Megah Gagahnya sang Merapi
Bungker Kaliadem Yogyakarta; Cerita Kelam
dalam Megah Gagahnya sang Merapi
Berwisata kali ini,
aku mengunjungi salah satu tempat wisata yang mempunyai sejarah dengan
situasi “mencekam” dan cukup
meninggalkan beberapa rasa kehilangan yang mendalam. Ya, Bunker Kaliadem,
sebuah bangunan dibawah tanah yang merupakan saksi bisu erupsi gunung berapi
tahun 2006 dan 2010 silam.
Bunker adalah sejenis bangunan pertahanan militer. Bunker biasanya dibangun di bawah tanah. Banyak bunker dibangun pada Perang Dunia I dan II. Dalam masa Perang Dingin, bunker-bunker besar dibangun untuk mengantisipasi kemungkinan perang nuklir (sumber: Wikipedia).
Adalah salah satunya, Bunker Kaliadem Yogyakarta. Berlokasi di Desa Kinarejo, Hargobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mempunyai pemandangan eksotis dengan Merapi beridiri mergah. Suhu udara yang dingin dan sejuk serta pemandangan yang indah karena bisa melihat kota Yogyakarta dari atas.
Berikut ulasan singkatku tentang
salah satu tempat wisata yang aku rasa kesini dengan perasaan senang karena
diberi kesempatan bertamu dan sedih karena ada semacam perasaan “mengerikan”
atas peristiwa yang telah terjadi disekitar sini, ditempat yang waktu saat itu kakiku
berpijak.
- Lokasi
Sesuai yang sudah
diinformasikan, Bunker Kaliadem ini Berlokasi di Desa Kinarejo,
Hargobinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Baik dari
Yogyakarta atau dari Klaten (karena waktu itu aku berangkat dari Klaten)
memakan waktu sekitar 1,5 jam perjalanan menggunakan sepeda motor.
Suasana diperjalanan pun sangat
memanjakan mata, menuju pusat tempat berdirinya Merapi, sepanjang jalan
dimanjakan dengan hamparan pesawahan yang luas, kebun dan rumah penduduk.
Lebar jalan menuju ke Bunker Kaliadem
tidak terlalu luas seperti Jalan Raya pada umumnya, namun jalannya sudah bagus
dan sangat mulus. Semakin mendekati tujuan, jalanan semakin menanjak dan cuaca
akan semakin dingin. Hal itu menandakan kamu sudah dekat dengan lokasi.
- Tiket
Tiket mengunjungi Bunker Kaliadem ini terbilang sangat
murah. Kamu akan dikenakan biaya RP. 2000/orang dan belum termasuk biaya
parkir. Dari tempat tiket masih jauh untuk sampai ke lokasi tujuan, sehingga
ada jasa ojek untuk mencapai kesana.
Biaya parkir pun masih umum seperti di tempat wisata
lainnya, Rp. 2000 untuk kendaraan bermotor, dan disana memiliki lahan cukup
luas untuk parkir sepeda motor atau pun mobil.
- Pungutan Liar (Pungli) di Bunker Kaliadem Yogyakarta
Hal yang tidak nyaman pun terjadi kepadaku, awalnya
memang positif thinking karena itu
mungkin sudah menjadi fasilitas yang diberikan oleh warga setempat walau memang
terkesan agak memaksakan.
Awalnya, aku sangat bangga ingin menunjukan
jalan-jalanku ke tempat secantik ini karena hanya dikenakan biaya Rp. 2000 untuk
tiket masuknya saja. Sesuatu yang jarang didapatkan ditempat asalku. Berwisata
dengan tiket semurah ini, namun tiba-tiba aku dan teman jalan-jalanku disegat
oleh seorang ibu-ibu yang kami duga adalah pihak pengelola dari Bunker
Kaliadem.
Ia mempertanyakan dari mana asal kami? Dan temanku
menjawab dari Yogjakarta dengan menggunakan bahasa Jawa yang memang aku tidak
mengerti. Kemudian ibu itu pun menjelaskan dengan bahasa Indonesia berlogat Jawa:
“maaf ya, untuk pengunjung yang bukan warga sini,
kendaraan hanya bisa sampai disini saja. Nanti kalian bisa pilih mau diantarkan
oleh kami (semacam guide tour) atau mau
menyewa sepeda motor. Jika tujuannya ke Makam Mbah Marijan dikenakan biaya Rp.30.000,
jika ke Bunker Kaliadem dikenakan biaya Rp. 50.000, Jika ingin diantar keduanya
Rp. 60.000.”
“Kalau kami pergi sendiri saja bisa mbak? Gak usah
pake guide?”
“Tidak bisa mas, paling harus menyewa motor dari kami”
“Berapa?”
“Rp.100.000” (aku lupa batas waktu untuk biaya sewa
motor)
“Yasudah mbak, anterin sampe parkiran saja Rp. 30.000
tapi kami pake motor kami” kata temanku sedikit kesal karena perjalanan kami
disegat dan terkesan dipaksa.
Si ibu pun mengiyakan, sepakat kami membayar Rp. 30.000
dengan dengan tetap membawa sepeda motor kami. Kami pun diantar sampe Bunker Kaliadem,
yang jaraknya tidak jauh dari arah tempat kami disegat tadi.
Semuanya berjalan dengan mulus dan kami membuang
prasangka tidak baik. Seorang ibu-ibu tidak muda dan tidak terlalu tua pun menjadi
guide tour kami. Ia menemani kami
sampai masuk ke Bunker Kaliadem dan menjelaskan cerita yang pernah terjadi
disini. Ia menejelaskan dengan sangat lugas seperti guide tour pada umumnya. Tanpa
ditanya, ia pun menjelaskan sendiri dan juga menceritakan tragedi mengerikan
yang sempat terjadi disini( di dalam Bunker Kaliadem sempat menewaskan dua
orang relawan (nanti akan kuceritakan).
Adalah sebuah kebiasaanku, membuat sebuah video
perjalanan ceritaku untuk kusampaikan ke IG-TV atau blog dengan melakukan rekam
video saat si ibu guide tersebut menjelaskan sejarah bunker tersebut. Namun
tanpa disangka, si ibu merasa tidak enak jika dirinya direkam video tersebut
dan otomatis membuat diriku pun merasa tidak enak karena dengan lancang melakukan
rekam video tanpa seizinnya.
“maaf mbak, merekam video saya buat apa ya?”
“oh maaf mbak, saya cuma mau membuat video untuk
perjalanan saya".
“saya takut disalahgunakan mbak, karena ada yang
kemarin kesini menyalahgunakan juga”
“oh enggak mbak, saya hanya membuat video perjalanan
saya agar di video tersebut ada rekaman cerita sejarahnya di tempat yang saya
kunjungi ini. Memang, disalahgunakan bagaimana mbak? Aku pun bertanya kembali,
namun dia menjawab dengan terbata-bata, sebuah jawaban yang aku tidak paham
inti dari jawabannya itu apa.
Rasa curiga pun sudah mulai, apalagi dia sempat memfoto
kami secara diam-diam, lalu memainkan hp-nya. Menemani kami dan kemudian
memainkan hp-nya lagi. Tapi aku dan temanku pura-pura tidak tahu dan tetap bertingkah
seperti biasa, mengobrol tentang beberapa hal yang aku lihat.
Kami pun berjalan ke daerah atas bunker, dengan hamparan
sisa-sisa kerikil. Si ibu guide mengikuti kami sambil menjelaskan dan
bertanya-tanya asal usul kami. Kami pun mengobrol seperti biasa, sehingga
terhenti ketika ada yang menyusul kami (ibu yang menyegat kami tadi)
Kaget dong akuuu (lah ko disusul?) ternyata eh
ternyata si ibu guide tersebut dari tadi memegang hp memang berkomunikasi
dengan si ibu yang menyegat kami. Berawal ketika aku melakukan rekam video
terhadapnya. Si ibu tersebut menjemput si ibu guide karena sesuai kesepakatan
dia hanya mengantar sampai tukang parkir (dan kami pun waktu ditempat parkir
juga sempat kebingungan karena si ibu guide terus mengikuti kami). Oh miskom
guys, ceritanya.
Si ibu guide pun dengan merasa tidak enak terus meminta
maaf kepada kami. Ya kami gak apa-apa, justru tidak enak kenapa si ibu sampai
mengantar dan menemani kami berjalan jalan disekitaran tanah kerikil tersebut.
Setelah si ibu yang menyegat dan ibu guide tersebut
pergi, barulah temanku berkata bahwa dia merasa ada yang tidak beres dari awal.
Dan aku pun berpikir seperti itu. Yasudah tidak apa-apa. Bukan masalah uangnya
memang tapi tentang kenyamanan yang didapat saat berkunjung ke tempat wisata
tersebut. Kalau meamng warga setempat mempermasalahkan keuangan yang didapat
dari tempat wisata tersebut, pihak pengelola wisata ada baiknya lebih
mengkoordinasikan dengan warga setempat supaya bisa mendapatkan “keuntungan’
bagi ke dua belah pihak (iyalah wong hidup kita cari untung).
Saat kita pulang dan sampai di rumah kami penasaran,
apakah di google ada yang satu nasib dengan pengalaman kami, dan ternyata cukup
banyak. (http://jogja.tribunnews.com/2017/07/17/ramai-diperbincangkan-wisatawan-kaliadem-ditawari-naik-ojek-atau-dianter-bayar-rp30-ribu)
ini guys beritanya. Atau cari saja keyword: pungutan liar Bunker Kaliadem.
Banyak deh yang muncul.
Kalau seandainya ada yang baca blogku dari pihak yang
melakukan pungutan liar terhadapku bilang, aku gak marah ko. Semoga keluarganya
diberikan kesehatan selalu, terutama anaknya yang masih kecil dan SD. Walau
bisa dikatakan caranya salah, dia adalah sosok ibu yang hebat dan tangguh. Sehat
terus ya bu:)
- Suasana dan Fasilitas
Wisata Bunker Kaliadem adalah wisata yang sudah ramai dengan pengunjung, apalagi jika musim libur. Bisa dikatakan lumayan berdesak-desakan jika mau masuk kedalam Bungker-nya (karena luas Bungker sempit dan dibawah tanah).
Sudah banyak toko souvenir, tempat makan, lahan parkir
luas namun belum tertata, WC umum bayar seikhlasnya, dan penyewaan mobil jeep. Jalan
menuju Bunker dari tempat yang kami disegat pun belum tertata rapih, ada
sedikit jalan yang hanya batu dan tanah saja. Ada pula foto dengan burung hantu
yang dibayar seikhlasnya (Kadang suka sedih kalau liat kaya gitu, sedih sama
mamangnya sedih juga sama binatangnya. Tapi yaudah gak apa-apa, mencari rezeki
selalu dengan banyak cara)
Suasananya sejuk dan dingin. Waktu terbaik adalah pagi
dan sore. Waktu pagi biasanya akan sedikit kabut sehingga Gunung Merapi akan
jelas terang tanpa terhalang dilihat dengan mata telanjang. Dan untuk waktu
sore, senja dilangit kota Yogya akan terlihat karena dilihat dari ketinggian.
Eksotisnya kaki Gunung Merapi yang terlihat kering
karena kerikil dan pasir yang kita pijak, memiliki lahan yang cukup luas, namun
sekarang tidak “sesabana” bertahun-tahun sebelumnya. Sudah banyak tumbuhan yang
mulai tumbuh, bahkan bunga edellweis dan ilalang pun ada tumbuh disana. Bunga
edelweiss bermekaran tidak terurus dan tidak rindang karena banyaknya yang
memetik.
Sisa-sisa keganasan lahar Merapi tergurat jelas
menjadi jalan-jalanan terjal dan bergelombang. Ada yang membentuk lembah dan
semakin dalam karena orang-orang menggali pasir untuk bahan-bahan bangunan.
- Jam Buka
Sesuai informasi yang aku dapatkan di si mbah Google
jam buka dari Bunker Kaliadem ini 24 jam. Aku tidak tahu dia bisa camp disana
atau tidak.
- Sejarah dan Cerita Bunker Kaliadem
Setelah aku mengulas tentang destinasi Bunker
Kaliadem, kali ini aku akan sedikit menjelaskan tentang sejarah dari Bunker
Kaliadem. Informasi ini aku dapat sebagian dari mbak guide tour yang kuceritakan tadi dan si serba tahu, mas Google.
Bunker Kaliadem ini bertempat dibawah tanah yang
sekarang untuk bisa masuk kedalam ada tangga penghubung. Tidak terlalu dalam,
kita sudah bisa masuk ke bunker tersebut. Ruangannya sempit, kira-kira kurang
lebih berukuran 3 x 3 M degan ada 2 ruangan lain di sebelah kiri dan kanan,
mengapit pintu masuk bunker yang memiliki pintu baja setebal 15 cm. Dari arah
masuk sebelah kanan bunker adalah toilet dan sebelah kiri ruangan tersebut
digunakan sebagai tempat menyimpan tabung gas oksigen.
Penerangan di dalam bunker pun hanya menggunakan
listrik tenaga matahari, sehingga saat masuk kesana kita akan dihadapkan dengan
ruangan yang remang-remang karena cahaya lampu nyala-mati-nyala-mati (kaya film
horor gitu gak si? kebayang kalau aku ada disituasi genting seperti itu. Tinggal
disana beramai-ramai dengan ancaman nyawa yang tak terduga)
Bunker Kaliadem ini dibuat saat zaman Belanda, digunakan
untuk penyelamatan diri dari letusan Gunung Merapi, dan sudah tidak beroprasi
sejak tahun 2006 dimana 2 relawan tewas didalam bunker karena berlindung dari
awan panas atau wedus gembel. Mereka meninggal didalam bunker, tepatnya didalam toilet dikarenakan suhu udara yang sangat tinggi, kira-kira mencapai 500 –
700 derajat celcius.
Bunker tersebut tertimbun material pasir dan batu yang
dimuntahkan oleh awan panas, sehingga 2 korban yang meninggal dunia tewas dalam
keadaan gosong dan kulit mengelupas. Sedangkan pasir dan batu masuk ke dalam
bunker menghantam pintu bunker dan sempat mengubur salah satu korban. Evakuasi bunker kemudian disemprot dengan air
yang telah disiapkan oleh Tim Rescue Sleman dengan dua buah tangki air untuk
mendinginkan bunker dari hawa panas.
Didalam bunker tersebut pun masih terdapat sebuah
gundukan sisa-sisa material yang masuk. Seperti sisa lahar yang sudah menjadi
batu. Awalnya memang sisa material itu memenuhi semua ruangan dari bunker
tersebut namun karena terus digali menyisakan sisa material seperti gundukan
batu.
Bunker kaliadem sempat hilang jejaknya karena
tertimbun selama tiga tahun, tempat ini terkubur dibawah material vulkanik
setebal empat meter. Proses pencariannya tak mudah. Karena beberapa tanda yang
seharusnya menjadi petunjuk, hilang karena erupsi di tahun 2010. Petugas dan
perangkat desa setempat membutuhkan dua hari untuk rekonstruksi jalan dan 54
jam untuk melakukan pengerukan dengan alat berat sebelum bunker ini ditemukan.
Diatas gundukan batu tersebut ada sesajen, yang
dipercaya sebagian orang. Ada sesajen seperti bunga, pisang, dsb. Aku tidak
terlalu bertanya lebih jelas hal ini Karena takut menyinggung. Mungkin
dikarenakan kepercayaan, mungkin karena budaya, atau adat. Sesuatu yang
sebenarnya menarik dipertanyakan lebih dalam lagi. Biarlah menjadi PR untuk
diriku sendiri.
***
Tidak cukup waktu seharian untuk menjelajah tempat dan
mendapatkan pemandangan terbaik dari tempat ini. Tempat ini sangat indah
sekaligus mengerikan. Mengerikan karena cerita dibaliknya. Tapi walau begitu, secara
tidak langsung mengingatkan kita atas kekuasaan dan Maha Besarnya sang Pencipta
yang bisa melakukan apapun sesuai dengan kehendaknya. Kemana pun kita berwisata
dan bepergian, semoga kita selalu mendapat nilai atau pelajaran yang baik. Bisa
menambah ilmu dan wawasan kita.
Di Bumi, makhluk hidup bukan cuma manusia saja.
Nice story mba..... thanks for sharing....
ReplyDelete