CURUG LUHUR, BUKIT TELETUBIS, PANTAI SAYANG HEULANG – GARUT SELATAN
Halooooo, kali ini aku bakalan
nyeritain pengalaman aku pergi ke berbagai tempat destiansi wisata yang ada di Garut
Selatan tepatnya Curug Luhur, Pantai Sayang Heulang dan Bukit Teletubis yang
mana ketiga tempat itu aku embat dalam waktu semperempat hari. Oke, mungkin
bagi kalian sebagian warga Garut Selatan udah gak asing dengan nama-nama tempat
main-main yang lagi hits di kalangan anak muda ini, apalagi pantai Sayang
Heulang kayanya warga non lokal pun udah pada tau pantai yang tetanggaan sama
pantai Santolo.
Awalnya aku dan temen aku mau berangkat dari kosan
kami yang sekarang tinggal di Jatinangor (Perbatasan Bandung – Sumedang)
merencanakan akan berangkat jam 03.00 subuh *gilaaaa, kami excited banget
karena hanya itu waktu yang akan kami punya ketika ada di Cisompet nanti. Jadi
ekspektasinya, kita bakalan puas-puasin satu hari full buat main*. Tapi, asli
itu hoaks banget, kami gak bisa melawan rasa kantuk karena emang kami tidur
larut malam. Dan akhirnya, kami pun berangkat pukul 05.30 pagi, naik kendaraan
umum tercepat versi aku. Naik elf atau orang lain ada yang sebut dengan mini
bus. Angkutan umum yang mana kita harus memiliki kesabaran ekstra jika tidak
sesuai dengan yang kita harapkan (berdempetan, kadang diturunin bukan di tempat
yang dimaksud, atau ongkos yang bukan ongkos biasanya). Tapi, Alhamdulillah
hari itu kita lagi hoki, perjalanan cepat dan sesuai dengan yang kita harapkan
walau pun memang di elf yang kedua kami sangat berdempetan karena rezekinya si
bapak supir lagi dilancarkan *Alhamdulillah* sehingga temen aku yang memang
baru pertama kali ke Garut Selatan dan naik elf pula mengalami pusing dan
mual-mual karena dirinya yang gak bebas gerak dan duduk yang sedikit
menyamping. Apalagi perjalanan dari Cikajang memang mempunyai rute yang
berkelak-kelok sampai di jalan raya menuju rumah.
Di tempat pemberhentian elf, biasanya di rumah makan
area Gunung Gelap atau Sodong ada salah satu bapak-bapak penumpang satu mobil
elf yang baik terhadap kami. Ia dengan supelnya mengobrol dan menawari kami
jajan dengan cuma-cuma. Walau pun memang sempat kami tolak, tapi bapak itu
membayar jajanan kami dan sangat peduli terhadap kami terutama terhadap temen
aku yang pusing. Ketika mengobrol ternyata bapak tersebut sengaja pulang pergi Garut
Kota ke Garut Selatan untuk berburu, dan hal itu emang terbukti dari dia yang
membawa senapan panjang. Dia bilang berburu adalah hobinya. Olah raga yang menyenangkan.
Bapak itu pun bilang bukan jenis hewan apa yang ia dapatkan tapi perjalananan, yang
terpenting ia mendapat kesenangan dan kepuasan daro hobinya yang bisa tetap
dijalankan walaupun bukan anak muda lagi. Alhamdulillah selalu ada orang baik
disetiap perjalanan, hehee terimakasih bapak yang gak tau namanya siapa dan
suka berburu.
·
CURUG LUHUR
Curug ini emang gak terlalu rame dan
sehits curug-curug lain di Garut Selatan, mungkin karena emang letak curug ini
berada disebuah kampung yang jauh dari perkotaan dan masih lumayan susah
diaskes kalo buat pendatang. Curug Luhur ini berada di Kampung Batusari,
Lengkong, Desa Sindangsari, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Membentang
panjang dan masih sangat bersih. Menurut aku Curug Luhur ini ia memiliki 4 spot buat berenang-renang dan 2 spot
diantaranya memiliki view yang bagus dan oke kalo buat foto-foto. Aku jelasin
spot dari sungai yang letaknya paling atas dulu ya.
Spot pertama paling atas itu cuma buat
berenang-renang kecil aja, dulu disana ada sepeti gua kecil yang enak banget
buat berteduh dan tempat yang pas kalo buat “liliwetan” (Masak-masakan dengan
makan bareng-bareng diatas daun pisang). Tempat yang dulu waktu kecil aku dan
temen-temen suka dijadiin tempat “mortas” (nyari ikan disungai) dan langsung
kemudian kami bakar dan makan bareng-bareng (kangen masa kecil:”). Buat kesana,
kalo dulu cuma ngelewatin kebon cabe aja, jadi kadang-kadang kalo mau main
kesana kami bocah-bocah sekalian mencuri tapi berteriak meminta izin meminta
cabe kepada si pemilik kebun cabe itu. Tapi sekarang kayanya udah penuh dengan
semak belukar, karena anak-anak sekarang yang jarang main kesana pun kayanya
gak tau itu jalan berubah jadi jalan apa.
Spot kedua itu tepatnya dipinggir
jembatan banget, disana oke buat berenang-renang karena emang si sungainya
berbentuk bulat seperti kolam renang (dulu) dengan batu-batu besar
dipinggirnya. Kalo spot kedua itu selain dijadikan tempat berenang, dulu aku
sama temen-temen jadikan juga sebagai tempat untuk mencuci karpet masjid yang
panjang, berat, nan lebar itu. Namun karena ada batu-batu besar dipinggirnya memudahkan
kami menyikat karpet masjid itu. Kalo buat liliwetan, kami sering masak di
“saung” yang deket dari sungai itu (rumah kecil yang disawah-sawah, karena
emang curug itu atasnya sawah).
Spot ketiga ini adalah salah satu spot
favorit aku dan anak-anak karena curugnya berbentuk beberapa tangga. Ia berada
dibawah jembatan jalan yang sering dilalui orang, namun nggak terlalu keliatan
karena terhalang oleh rindangnya pepohonan. Dibawahnya ada tempat buat
berenang, curug-curug kecil, dan pohon beringin yang besar mengakar kuat
diantara batu-batu sehingga aku sama temen-temen dulu kadang menggunakan akar
yang menggantung itu sebagai ayunan pas mau loncat ke tempat berenangnya.
Airnya juga masih sangat bersih dan ada pula dijadikan sebagi sumber mata air
perkampungan warga.
Spot keempat ini juga salah satu spot
favorit aku sama temen-temen dulu karena tempatnya hidden paradise banget
*eaaaa. Curug luhur yang ini bertempat dibawaaaaaah jalan-jalan, jauh harus
turun melewati pesawahan warga dan memiliki kemiringan tanah kira-kira 50 – 60
derajat. Aku mengajak temanku ke Curug Luhur spot ke empat, karena emang
tempatnya enak banget. Air terjunnya paling tinggi dan memiliki ketinggian
sekitar 5 atau 8 meter ya. Aku nggak ngitung. Kita pun bisa masuk ke dalam air
curug itu karena emang dibalik curug itu batu-batu curugnya udah terkikis
sehingga membuat lekukan ke dalam (?). kalo mau niat basah-basahan rasakan
sensasinya masuk kesana, kaya dipijit-pijit dengan backsound air curug super
kerasssss. Mantap deh.
Di curug spot keempat ini, dari air
curugnya langsung ada tempat buat berenang. Luaaaas dan airnya keliatan
berwarna hiaju toska. Kedalaman kolam buat renang-renangnya pun dalam, buat
yang nggak bisa berenang kayanya jangan nyoba deh *serem duluan*. Dipinggirnya
ada sebuah gua kecil, mungkin hal terjadi karena kikisan air pula. Dulu pun,
kadang-kadang ada hewan seperti monyet masih berkeliaran disekitar sana.
Pokoknya curug luhur ini bertempat di area bawah bumi yang terlingkup dengan
pepohonan serta pesawahan.
Meskipun Curug Luhur ini masih bersih,
asri, dan ademnya gak nahan kita masih harus jaga kebersihan dan sikap kita
juga ya kalo lagi ada disana. Kalo kebetulan ada yang baca blog ini explore ke
Curug Luhur dan kebetulan aku ada di rumah, kalian boleh ko mampir ke rumah,
bersilaturahmi :)
·
Bukit Teletubis
Bukit Teletubis ini jujur aku baru tau
kemaren-kemaren karena maklum dulu aku hanya liar di gunung dan sekitaran
daerah kampung aku yang menurut aku luas. Dua kali kesini dan menurut aku
kemaren sama temen aku itulah yang paling seru. Timingnya pas, sore-sore gak
terlalu panas dan senja juga terlihat mantap dilihat dari sana.
Bukit ini berada di Pantai Sayang
Heulang, kalo dari gerbang masuk terus disana ada patung elang kita langsung
kiri. Terus aja lurus sampe melewati warung-warung dan ada kemudian akan ada
jalan kecil. Bukit ini tentunya persis bukit Teletubis. Berwarna hijau karena
rumput-rumput halus sebagai alas kita berjalan kaki. mau lari-larian sampe
guling-guling pun baju kita gak akan kotor tapi bakal bau kalo kena kotoran
sapi karena emang disana pun dijadikan tempat menggembala sapi karena
dipinggirnya ada perternakan sapi. *wiii mirip di dongeng dongeng*
Tempatnya pun masih gratis, belum ada
pungutan biaya parkir dan bahkan kita bisa parkir bebas dimana aja asal tau
tempat. Viewnya juga bagus, karena bukit
itu diatas jadi sebagian pantai berwarna biru dan persawahan pun masih terlihat.
Tempatnya masih lumayan sepi. Kalo ke Pantai Sayang Heulang, rasanya sayang
kalo enggak mampir kesini.
·
Pantai Sayang
Heulang
Pantai ini pasti udah banyak yang tau.
Yaps, pantai tetangganya pantai santolo. Pantainya penuh dengan karang-karang
yang terhampar luas baru kemudian pasir. Di sebelah kanan Pantai Sayang Heulang
ada sebuah jembatan penghubung menuju Pantai Santolo yang udah rusak. Menurut
beberapa artikel yang aku baca katanya jembatan itu dibangun ketika jaman
Belanda. Dan deket dari jembatan itu pun ada Cilauteureun, yang mana katanya
itu adalah tempat bertemunya air sungai dan air laut dan hanya terjadi di dua
tempat aja yaitu di Paris dan di Garut. Bagi warlok masuk ke Pantai Sayang
Heulang tidak dipungut biaya, tapi kalo bagi pendatang dan kebetulan lagi musim
liburan seperti liburan Idul Fitri atau taun baru biasanya dipungut biaya
sebesar RP. 5000,00.
Pantai sayang heulang ini sepi kalo
bukan pas liburan, enak banget kalo waktunya sore-sore buat ngadem. Kemarin aja
liat senja sama sunset di pantai ini, aku sampai lupa waktu. Berat rasanya
ninggalin senja sebagus itu kalo di Pantai. Debur ombak pun mendadak begitu
romantis, damaaaai banget.
Nikmatin senja dipantai ini, warna-warna
langit jadi berpantul dengan air-air yang bergenang dikarang-karang yang
terhampar luas menjadikan ia seperti cermin. Setiap waktu warna senja semakin
berubah, menuju magrib semakin cerah, semakin indah, semakin mau dibawa pulang.
Aaaah pokoknya itu juga salah satu senja terindah yang akan selalu terekam.
Meskipun sempet rada kesel karena didepan kita ada sepasang orang yang pacaran
lagi duduk-duduk nikmatin senja sama-sama. *Envy banget pokoknya* meningatkanku
sama penculikan terindah si K dan K :( *skip*
Menurut aku pribadi, mengenai Pantai
Sayang Heulang ini masih kurang rapih dan bersih, hal itu terjadi karena masih
terdapat sampah-sampah ulah tangan jail yang selalu sembarang membuang
sampahnya sembarangan. Semoga saja, kita semakin bisa menjaga alam kita yang
gak pernah pamrih selalu kasih keindahan, kesenangan, dan kedamaian yang tiada
henti.
***
Kemarin, tanggal 10 Maret 2017 satu hal
yang paling aku dapet selain foto-foto adalah rasa damai yang aku dapat ketika
liat senja *oke, sebagian orang mungkin akan berkata ini lebay* tapi sungguh,
serius aku dan temanku sampai betah dan enggan beranjak pergi melihat
pemandangan yang Allah ciptakan.
Senja yang berpantulan dengan air, suara debur
ombak, bulan yang begitu bersinar *karena kebetulan mau purnama*, angin yang
sejuk, perahu yang terombang-ambing di lautan sana, sepinya suasana, dan
remang-remang suara diri. Ahhhhh, rasanya neptunus berhasil culik aku lagi.
Sekali lagi, kupersembahkan terimakasih untuk Allah
SWT dan temanku kemarin, Teh Dian Chaerunnisa :)
P.s: Foto asli, belum diedit.
Batusari, Cisompet, Garut.
11 Maret 2017
aku udah baca lo, mamski. ajakin ke sana :'')
ReplyDeleteNgiring mia jalan2 kabita..
ReplyDelete.